Sahabat Mindjen, di era media sosial yang serba "bahagia" ini, toxic positivity menjadi tren yang mengkhawatirkan. Tren ini mendorong orang untuk selalu tampil positif dan ceria, menolak dan menekan emosi negatif, dan meminimalisir masalah yang dihadapi.
Namun, tahukah kamu bahwa toxic positivity justru berbahaya bagi kesehatan mental?
Mari kita bandingkan toxic positivity dengan validasi emosi:
Toxic Positivity:
- Menyangkal emosi negatif: Perasaan sedih, marah, kecewa, dan stres dianggap tidak boleh dirasakan.
- Memaksakan senyum: Terus tersenyum meskipun hati sedang pilu.
- Meremehkan masalah: Kesulitan dan rintangan dianggap sepele dan mudah diatasi.
- Menyalahkan diri sendiri: Kegagalan dan kekurangan diri sendiri dibesar-besarkan.
- Menekan orang lain untuk selalu bahagia: Sikap ini justru membuat orang lain merasa semakin tertekan.
Validasi Emosi:
- Menerima semua emosi: Emosi negatif maupun positif sama-sama valid dan perlu diakui.
- Mendengarkan dengan penuh empati: Mendengarkan keluh kesah orang lain tanpa menghakimi.
- Memberikan ruang untuk mengekspresikan diri: Menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk orang lain mengungkapkan perasaannya.
- Memberikan dukungan dan dorongan: Memberikan semangat dan bantuan agar orang lain bisa melewati masa-masa sulit.
- Mengajarkan strategi coping yang sehat: Membantu orang lain mengembangkan cara yang sehat untuk menghadapi emosi negatif.
Lalu, mana yang lebih sehat?
Jelas, validasi emosi adalah pilihan yang jauh lebih sehat untuk mental. Mengapa?
- Membantu pemulihan: Dengan mengakui dan memvalidasi emosi negatif, kita dapat lebih mudah memprosesnya dan move on.
- Meningkatkan ketahanan mental: Menerima emosi negatif membantu kita membangun ketahanan mental untuk menghadapi rintangan di masa depan.
- Memperkuat hubungan: Validasi emosi menumbuhkan rasa saling percaya dan memperkuat hubungan dengan orang lain.
- Meningkatkan self-awareness: Memahami emosi diri sendiri membantu kita membuat keputusan yang lebih baik dalam hidup.
Mari tinggalkan toxic positivity dan mulai terapkan validasi emosi!
- Berhentilah menekan emosi negatif. Akui dan rasakan emosimu, tanpa menghakimi diri sendiri.
- Dengarkanlah diri sendiri dan orang lain dengan penuh empati. Berikan ruang untuk mengekspresikan diri tanpa menghakimi.
- Berikan dukungan dan dorongan kepada orang lain. Bantu mereka melewati masa-masa sulit dengan semangat dan bantuan.
- Ajarkan strategi coping yang sehat. Bantu orang lain mengembangkan cara yang sehat untuk menghadapi emosi negatif.
Dengan menerapkan validasi emosi, kita dapat membangun kesehatan mental yang lebih kuat dan menjalani hidup yang lebih bahagia dan sejahtera.
Ingatlah, kamu tidak sendirian. Setiap orang mengalami berbagai macam emosi. Validasi emosi adalah kunci untuk mencapai kesehatan mental yang sejati.
Ayo ciptakan lingkungan yang penuh validasi emosi!
Mau mempelajari ilmu tentang kesejatan mental secara mendalam?
Mari Bergabung di Prodi Psikologi Unjani!
Di Prodi Psikologi Unjani, kamu akan:
- Mempelajari berbagai aspek psikologi secara mendalam, mulai dari perkembangan manusia, psikologi sosial, hingga psikologi klinis.
- Dididik oleh dosen-dosen berpengalaman yang aktif dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
- Mendapatkan pengalaman langsung melalui praktikum, magang, dan berbagai kegiatan lainnya.
- Membangun network dengan para profesional di bidang psikologi.
- Memperoleh gelar Sarjana Psikologi yang diakui secara nasional dan internasional.
Dengan menjadi psikolog, kamu dapat:
- Membantu orang lain untuk memahami diri sendiri, menyelesaikan masalah, dan menjalani hidup yang lebih bahagia.
- Bekerja di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, industri, dan lembaga sosial.
- Mengembangkan karir yang menantang dan rewarding.
Bergabunglah dengan Prodi Psikologi Unjani dan jadilah agen perubahan positif bagi masyarakat!
Klil https://pendaftaran.unjani.ac.id/ dan daftar sekarang juga!
Informasi Pendaftaran Mahasiswa baru follow IG @infopmbunjani, mau tanya atau ngobrol? DM ya. Terimakasih. informasi ter-update selalu di update disana, sampai jumpa di kampus.