Pertanian merupakan sektor vital bagi ketahanan pangan dan ekonomi global. Namun, metode pertanian tradisional sering kali menghadapi tantangan besar dalam hal efisiensi dan produktivitas. Dengan meningkatnya populasi dunia, kebutuhan akan hasil pertanian terus meningkat, tetapi lahan yang tersedia untuk pertanian semakin terbatas. Hal ini diperparah oleh perubahan iklim, degradasi lahan, dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien.

Ketidakefisienan ini menyebabkan banyak lahan pertanian yang tidak dikelola dengan optimal, menghasilkan panen yang tidak maksimal dan kerugian ekonomi yang signifikan bagi petani.

Ketidakmampuan dalam mengelola lahan pertanian secara efisien tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga dapat mengancam ketahanan pangan di masa depan. Petani yang mengandalkan metode tradisional sering kali tidak memiliki akses ke informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat terkait penanaman, irigasi, dan pengelolaan hama.

Tanpa data yang akurat dan analisis yang mendalam, mereka sering kali menghadapi risiko gagal panen, yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar dan mengancam keberlanjutan usaha pertanian mereka.

Selain itu, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan akibat kurangnya pemahaman tentang kondisi tanah dan tanaman dapat merusak lingkungan dan menurunkan kualitas hasil pertanian. Dampak negatif ini tidak hanya dirasakan oleh petani, tetapi juga oleh masyarakat luas, terutama dalam hal keamanan pangan dan kelestarian lingkungan.

Di era digital, geomatika menjadi solusi utama untuk mengatasi tantangan dalam pertanian tradisional. Dengan memanfaatkan data geospasial, teknologi GIS (Geographic Information System), dan sensor IoT (Internet of Things), petani dapat mengoptimalkan penggunaan lahan mereka secara presisi. Geomatika memungkinkan pemetaan lahan secara mendetail, yang memberikan informasi akurat tentang kondisi tanah, pola cuaca, dan kebutuhan air di setiap bagian lahan.

Sebagai contoh, melalui pemetaan tanah yang menggunakan teknologi geomatika, petani dapat menentukan jenis tanaman yang paling cocok untuk ditanam di setiap area lahan mereka, serta menentukan jumlah air dan pupuk yang tepat untuk digunakan. Dengan demikian, hasil panen dapat dimaksimalkan tanpa membahayakan lingkungan.

Selain itu, teknologi drone yang dilengkapi dengan sensor geospasial memungkinkan pemantauan tanaman secara real-time. Petani dapat mengidentifikasi area yang mengalami masalah seperti kekeringan, serangan hama, atau kekurangan nutrisi, dan segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian lebih lanjut.

Dengan integrasi teknologi digital ini, pertanian dapat diubah menjadi lebih efisien, produktif, dan ramah lingkungan. Petani tidak hanya dapat meningkatkan hasil panen mereka, tetapi juga mengurangi biaya produksi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk memanfaatkan potensi besar yang ditawarkan oleh geomatika dalam pertanian cerdas, penting bagi petani, akademisi, dan pemerintah untuk bekerja sama dalam mengembangkan teknologi ini dan menerapkannya secara luas. Pendidikan dan pelatihan yang berfokus pada geomatika dan teknologi pertanian harus menjadi prioritas untuk mempersiapkan generasi baru petani dan profesional di bidang ini.

Bagi calon mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang ini, Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) menawarkan program studi yang dapat membekali Anda dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi pionir dalam pertanian cerdas. Dengan bergabung di Unjani, Anda akan berkesempatan untuk belajar dan mengembangkan solusi inovatif yang akan membantu mengoptimalkan lahan pertanian dan meningkatkan ketahanan pangan di masa depan.

Daftarkan diri Anda di Unjani sekarang, dan jadilah bagian dari transformasi besar dalam dunia pertanian.

Ali Hxgn

Informasi Pendaftaran Mahasiswa baru follow IG @infopmbunjani, mau tanya atau ngobrol? DM ya. Terimakasih. informasi ter-update selalu di update disana, sampai jumpa di kampus.