Di era globalisasi dan urbanisasi yang terus berkembang pesat, kota-kota di seluruh dunia menghadapi tantangan besar dalam mengelola infrastruktur mereka. Pertumbuhan populasi yang cepat, kemacetan lalu lintas, degradasi lingkungan, dan peningkatan permintaan layanan publik adalah beberapa masalah yang kerap dihadapi oleh kota-kota besar.

Sayangnya, banyak dari kota-kota ini masih bergantung pada metode dan teknologi tradisional yang sudah usang dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur. Ini sering kali menyebabkan inefisiensi, pemborosan sumber daya, dan ketidakmampuan untuk merespons kebutuhan masyarakat dengan cepat dan tepat.

Ketika teknologi digital berkembang dengan cepat, keterlambatan dalam mengadopsi solusi berbasis geomatika dapat memperparah masalah yang ada. Tanpa pemetaan dan analisis data geospasial yang akurat, perencanaan kota menjadi terfragmentasi, sulit diintegrasikan, dan kurang responsif terhadap perubahan dinamis dalam populasi dan lingkungan.

Kota yang tidak memanfaatkan geomatika cenderung menghadapi kesulitan dalam menyediakan layanan publik yang efisien, seperti manajemen lalu lintas, pengelolaan air dan limbah, serta pengendalian banjir.

Selain itu, kurangnya pemahaman tentang pentingnya geomatika dalam infrastruktur perkotaan dapat menyebabkan kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dan kemampuan kota untuk memenuhinya.

Misalnya, tanpa data geospasial yang tepat, perencanaan transportasi publik mungkin tidak mencerminkan kebutuhan sebenarnya, menyebabkan kemacetan yang semakin parah dan menurunkan kualitas hidup penduduk.

Geomatika menawarkan solusi yang kuat untuk tantangan ini dengan mengintegrasikan data geospasial ke dalam perencanaan dan pengelolaan kota secara komprehensif. Melalui penggunaan teknologi seperti GIS (Geographic Information System), LiDAR, dan sensor IoT (Internet of Things), geomatika memungkinkan kota untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan mendetail tentang kondisi fisik dan sosial di wilayah mereka.

Misalnya, dalam konteks manajemen lalu lintas, data real-time dari sensor IoT yang dianalisis melalui GIS dapat membantu mengidentifikasi pola kemacetan dan merancang solusi yang lebih efektif.

Di bidang lingkungan, pemetaan geospasial dapat digunakan untuk memantau perubahan dalam penggunaan lahan dan dampaknya terhadap kualitas air, udara, serta keanekaragaman hayati.

Selain itu, teknologi geomatika memungkinkan pemerintah kota untuk memodelkan skenario masa depan berdasarkan data historis dan real-time, sehingga perencanaan infrastruktur dapat lebih adaptif dan proaktif. Dengan demikian, kota-kota yang mengadopsi geomatika dalam infrastruktur mereka bukan hanya dapat mengatasi masalah yang ada, tetapi juga mencegah munculnya masalah baru di masa depan.

Untuk memastikan keberhasilan dalam membangun kota pintar, pemerintah daerah, pengembang infrastruktur, dan akademisi perlu bekerja sama dalam mengintegrasikan geomatika ke dalam setiap aspek perencanaan dan pengelolaan kota. Penggunaan teknologi ini harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan pembangunan, dengan pelatihan dan pendidikan yang terus ditingkatkan agar para profesional di bidang ini dapat menguasai teknologi terbaru.

Bagi para calon mahasiswa yang tertarik untuk menjadi bagian dari transformasi digital ini, Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) menawarkan program studi yang relevan dan terkini, dengan fokus pada pengembangan kemampuan geomatika dan teknologi informasi.

Bergabung dengan Unjani berarti membuka peluang untuk berkontribusi langsung dalam pembangunan kota pintar di masa depan, menjadi pionir dalam inovasi yang akan mengubah wajah infrastruktur perkotaan di Indonesia dan dunia.

Mari bersama kita wujudkan visi kota pintar yang lebih baik dengan memanfaatkan potensi besar geomatika. Daftarkan diri Anda di Unjani sekarang, dan jadilah bagian dari generasi yang akan memimpin perubahan ini.

Ali Hxgn

Informasi Pendaftaran Mahasiswa baru follow IG @infopmbunjani, mau tanya atau ngobrol? DM ya. Terimakasih. informasi ter-update selalu di update disana, sampai jumpa di kampus.